15 December
2011 | Filed under: Dunia Islam,Featured,Headline,Indonesia,Tokoh | Posted by: nahimunkar.com
- Prof Dr Salim Badjri, Ketua Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) Cirebon menyesalkan pernyataan Said Agil Siradj. Pasalnya saat ini saat organisasi yang dipimpinnya sedang melakukan upaya pemersatuan ummat, apapun paham fiqih dan organisasinya. Pada saat yang sama, malah pemimpin (NU) ormas Islam terbesar di tanah air, Said Aqil, justru membuat fitnah dan perpecahan. Dia menegaskan supaya Said Aqil berhenti membuat fitnah dan teror kepada sesama Muslim.
- Ternyata pernyataan Said Aqil di Park Hotel itu senada benar dengan program yang dikembangkan oleh Jaringan Islam Liberal dan sekutunya…
Inilah
beritanya
***
Ulama Cirebon:
Said Aqil, Bicara Benar atau Diam!
Jakarta – Sejumlah ulama di kampung halaman
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, Cirebon, meminta Said Aqil Siradj bicara
yang benar atau diam. Seruan sejumlah ulama Cirebon itu sebagai respon atas
pernyataan Said dalam Workshop “Deradikalisasi Agama Berbasis Kyai/Nyai dan
Pesantren” yang digelar Muslimat NU di Park Hotel, Jakarta, Sabtu (3/12/2011)
lalu. Saat itu Said mengatakan bahwa ada sejumlah yayasan dan ulama Cirebon
yang bertindak sebagai penebar benih radikal, teror dan mengajarkan doktrin
pengeboman.
Ulama Cirebon
yang bereaksi itu antara lain KH Ismail, pemimpin Pesantren Benda, Kota Cirebon
yang merupakan paman Said Aqil Siradj, Prof Dr Salim Badjri, Ketua Forum
Ukhuwah Islamiyah (FUI) dan KH Dabas Hafidz, pimpinan Pesantren Uswatun
Hasanah, Setu Wetan, Weru Kabupaten Cirebon, yang juga ketua Rabithotul Ulama
Indunisiyya Wilayah III Cirebon.
Salim Badjri
menyesalkan pernyataan Said Agil itu. Pasalnya saat ini saat organisasi yang
dipimpinnya sedang melakukan upaya pemersatuan ummat, apapun paham fiqih dan
organisasinya. Pada saat yang sama, malah pemimpin ormas Islam terbesar di
tanah air, Said Aqil, justru membuat fitnah dan perpecahan. Dia menegaskan
supaya Said Aqil berhenti membuat fitnah dan teror kepada sesama Muslim.
“Sesama Muslim
itu bersaudara, bagaikan satu tubuh, satu sakit yang lainnya ikut demam, kita
diperintahkan oleh Allah untuk saling membela sesama Muslim apapun organisasinya,
dan kita dilarang saling bermusuhan. Orang-orang kafir itu saling membela satu
sama lain apalagi kalau memerangi Islam dan Ummat Islam, mereka sangat kompak,
nah justru kenapa Said Aqil malah membantu orang-orang yang menginginkan Islam
dan Ummat Islam ini hancur” kata Salim.
Salim menyitir
QS Al Hujurat ayat 6, “Hai orang-orang yang beriman, jika seorang fasiq datang
kepadamu membawa berita, maka telitilah (tabayyun) kebenarannya, agar kamu
tidak mencelakakan suatu kaum karena kecerobohan, yang akhirnya kamu menyesali
perbuatan itu.”
Sebenarnya ada
kejanggalan dari pernyataan Said Aqil. Rupanya Said sendiri tidak tahu persis
nama orang dan posisinya secara tepat. Yayasan yang dituduh Said setidaknya ada
12, di antaranya di Cirebon yakni Yayasan As-Sunnah yang disebutnya dipimpin
oleh Salim Badjri, yang menurut Said didirikan Yusuf Utsman Baisa dan didanai
oleh Khalid Bawazir. Padahal Salim Badjri adalah ketua Yayasan Ukhuwah
Islamiyah yang punya pesantren sendiri disamping Ketua Forum Ukhuwah Islamiyah,
tidak pernah berafiliasi dengan Yayasan As-Sunnah yang dipimpin KH Thoharoh.
Said juga salah
menyebut nama dan posisi pihak-pihak lain yang dituduhnya, termasuk menyebut
pelaku peledakkan bom di Masjid Adz-Dzikra Mapolresta Cirebon dengan nama
Syarifuddin, padahal pelakunya bernama Muhammad Syarif. Yayasan yang dituduh
(oleh Said Aqil Siradj sebagai) penebar benih radikal dan teror yang
mengajarkan doktrin pengeboman antara lain :
1.
Yayasan Al Shofwa di Lenteng Agung Jakarta Selatan, yang
dipimpin Maman Abdur Rahman dan Farid Uqbah.
2.
Yayasan Al Fitrah di Surabaya, jalan Arif Rahman Hakim
yang dipimpin oleh Ainul Harits.
3.
Yayasan Al Faruq di jalan Danau Toba, Jember.
4.
Yayasan Ulil Albab di Lampung, Sukabumi dan Bogor yang
dipimpin oleh Yazid Jawaz.
Para pemimpin
Ormas Islam Cirebon juga mengecam pernyataan Said Aqil. Sebab ternyata
pernyataan Said itu senada dengan kampanye deradikalisasi BNPT. Secara
kebetulan di Islamic Centre Kota Cirebon pada 26 November 2011, digelar seminar
“Islam (Jihad), Radikalisme dan Terorisme”, dengan pembicara Dr S Yunanto Msi
(anggota Kelompok Ahli BNPT), Kol (Purn) Herman Ibrahim, pengamat militer dan
intelijen (lulusan Akademi Militer Nasional 1968, seangkatan dengan Jend TNI
Purn Wiranto), dan Abu Rusydan (Pengamat Dunia Islam). Dalam acara itu
terungkap bahwa, definisi radikalisme atau terorisme tidak ada
konsensusnya baik secara nasional maupun global.
Artinya
siapapun bisa sesukanya membuat definisi atas radikalisme dan terorisme itu,
sesuai selera dan kepentingannya. Dan definisi radikalisme dan terorisme yang
dikembangkan di Indonesia khususnya oleh BNPT (Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme) itu, sangat dipaksakan dan sangat kental politisnya, yaitu demi
menyenangkan Yahudi, Amerika dan Sekutu-sekutunya. Tujuannya jelas, memusuhi
Islam dengan mematikan semangat Jihadnya, tidak semata-mata memerangi teroris.
Ternyata
pernyataan Said Aqil di Park Hotel itu senada benar dengan program yang
dikembangkan oleh Jaringan Islam Liberal dan sekutunya, juga senada dengan apa
yang dikembangkan BNPT ini.
Demikian
menurut Doddy Faris dari Gerakan Muslim Cirebon (GMC) dan Ustadz Andi Mulya
Ketua Gerakan Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat (GAPAS).
Rep: Shodiq
Ramadhan/Abu Jundi. | Selasa, 13 Desember 2011 | 21:25:48 WIB (SI ONLINE)
(nahimunkar.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar